
Banjir, Salah Siapa?
Pada awal Oktober 2022 banjir kembali melanda Kalimantan Barat yang telah merendam 8 Kabupaten (Ketua Satgas Informasi Bencana, Daniel mengatakan “yakni Kabupaten Kapuas Hulu, Ketapang, Kubu Raya, Melawi, Sanggau, Sekadau, Singkawang dan Sintang. Banjir disebabkan oleh kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas yang telah mencapai 70% akibat pertambangan liar dan perkebunan”.
Dilansir dari data Balai Pengelola Daerah Aliran sungai dan Hutan Lindung Kapuas, terdapat lebih dari satu juta hektar lahan kritis dari total 14 juta luas Daerah Aliran Sungai di kalbar, dan mayoritas berada di daerah aliran sungai Kapuas. Data Global Forest Watch, kalbar kehilangan 1,25 juta hektar hutan primer dari tahun 2002 hingga 2020. kemudian tahun 2020 kalbar kehilangan 3,58 juta hektar tutupan pohon atau mengalami penurunan 26% penurunan tutupan pohon sejak 2000. Bencana ekologis ini terjadi karna tata ekologis yang diakibatkan tata ruang yang buruk.
Terkait regulasi pemerintah mengenai pertambangan emas dinilai kurang ketat, hal ini diperkuat oleh perkataan Sutarmiji “pada daerah hulu masih terdapat Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang bahkan menggunakan ekskavator”, “Alih fungsi lahan dari hutan berbagai jenis tumbuhan menjadi satu jenis sawit. Saya tidak setuju dengan istilah Hutan Tanam Industri.” salah satu penyebab rusaknya daerah aliran sungai Kapuas adalah aktivitas PETI di darat hingga sungai, alih fungsi hutan jadi kebun sawit. pembangunan infrastruktur, pemukiman hingga kebakaran hutan dan lahan ditambah debit air yang tinggi.
Hasil dari penambangan emas liar ini akan berakibat pada kerusakan tanah yang tidak dapat menyerap air dan mengakibatkan air tergenang. Penambangan liar dapat menghancurkan sumber kehidupan rakyat diperparah dengan tata drainasse yang buruk serta rusaknya kawasan hilir seperti hutan rawa. Selain itu, penanaman sawit yang dilakukan pada daerah sintang, juga berpotensi mengakibatkan banjir sebab kebutuhan mineral yang dibutuhkan pohon sawit hanya kisaran 2%.
pembangunan geobag yang menghabiskan miliran rupiah untuk menahan gelombang air laut di Kab Sintang jebol. Geobag memang dikatakan bisa menahan gelombang air sungai namun tidak bisa menahan banjir.
Peran Pemerintah ?
Saat ini pemerintah telah melakukan upaya jangka pendek untuk mengatasi banjir di Sintang. Upaya tersebut adalah dengan cara membangun tanggul pengendali banjir yang berada kelurahan Ladang, Kabupaten Sintang. Menurut Jokowi, penyebab banjir yang terjadi di Sintang adalah karena cuaca ekstrem dan curah hujan yang tinggi. Namun ada hal lain yang perlu di perbaiki, yaitu kerusakan Daerah Aliran Sungai serta kerusakan daerah tangkapan hujan. Pemerintah akan melakukan penanaman pohon dan penghutanan kembali daerah-daerah yang berada di sekitar sungai Kapuas dan Sungai Melawi, sebagai rencana jangka Panjang penanganan banjir. Hal ini di harapkan dapat mencegah banjir di Kabupaten Sintang di masa yang akan datang.
Tanggapan Kastrad BEM
Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat mengenai kasus banjir ini harus di tanggapi serius oleh pemerintah. Perlunya reboisasi besar-besaran untuk menambah daerah resapan air. Bagi pelaku Penambangan ilegal ini harus diberi sanksi yang memberikan efek jera. Pemerintah sebaiknya memfasilitasi untuk pengelolaan sumber daya alam secara optimal, melalui masyarakat sebagai tenaga kerjanya. Harapannya hal ini dapat menaikan produktivitas masyarakat Kalbar khususnya.
Jika pemerintah serius mengurusi Daerah Aliran Sungai, seharusnya mengutamakan dan berbenah yang ada di darat, percuma saja mengurus aliran air namun tetap tergenang jika curah hujan tinggi kembali melanda (Seperti tanah yang di tanami kelapa sawit). Sering mengungkapkan Upaya dan Upaya, tapi sudahkah upaya itu terdengar oleh Oknum yang tidak buta akan uang ?
Langkah bijak harus diambil, dimulai dari Sekarang untuk membina kembali kesadaran yang sudah lama hilang oleh pelaku, kerusakan pada alam akan membawa dampak negatif yang turut dirasakan oleh semua pihak.
Referensi
Jessica Helena Wuysang, Banjir Sintang, [Antara kalbar, selasa 11 Oktober 2022 | pukul 7.42] https://kalbar.antaranews.com/berita/525405/banjir-sintang,Diakses pada 17 Oktober 2022. Pukul 09.00
Hedi Basri, Gubernur Kalbar Beber Perkebunan Kelapa Sawit Jadi Penyebab Banjir Berminggu-minggu di Sintang, [Berita online Kompastv 15 November 2021 | 09:59 WIB], https://www.kompas.tv/article/232024/gubernur-kalbar-beber-perkebunan-kelapa-sawit-jadi-penyebab-banjir-berminggu-minggu-di-sintang,
Taufik hidayat, indonesia. Banjir di Kalimantan Barat: ‘Air setinggi leher’, lebih 35.000 rumah tergenang, [Berita online Bbc news Indonesia, 11 November 2021], https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59209128,
Diko Eno, Sintang Banjir, Warga Nilai Pembangunan Geobag yang Telan Anggaran Pulunan Miliar Sia-Sia [Berita Online Suara.com, 13 Oktober 2022], https://www.msn.com/id-id/berita/other/sintang-banjir-warga-nilai-pembangunan-geobag-yang-telan-anggaran-puluhan-miliar-sia-sia/ar-AA12UYOI
Muhammad Budi Kurniawan, Banjir Di Kalbar Terjang 8 Kabupaten, BPBD Tetapkan Status Tanggap Darurat [Berita Online Detik Sulsel, Selasa, 11 Oktober 2022, https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6342508/banjir-di-kalbar-terjang-8-kabupaten-bpbd-tetapkan-status-tanggap-darurat